Peran komunitas dalam dunia pendidikan sangat penting sebagai corong informasi dan edukasi pihak ketiga bagi anak-anak bangsa. Mengapa komunitas disebut sebagai pihak ketiga? Karena ada keluarga institusi pendidikan yang menjadi corong pertama dan keduanya. Biasanya, melalui komunitas akan lebih terarah dan mudah dipahami satu sama lain mengingat dalam komunitas adalah gabungan para anggota yang sudah saling mengenal juga memiliki minat yang sama. Sehingga setiap anggota yang tergabung tak akan sungkan jika hendak berbagi informasi atau menanyakan informasi apapun.
Maka dari itu, kolaborasi komunitas
dengan institusi pendidikan penting terjalin dengan baik, berangkat dari sini Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan teknologi Direktorat Sekolah Menengah Atas
menggandeng 40 Komunitas dari seluruh Indonesia dalam acara “Kumpul Komunitas
dalam rangka komunikasi program prioritas Ditjen Paud, Dikdas, Dikmen pada 21
hingga 23 Maret 2024 di Aston kartika Grogol.
Dalam acara ini, seluruh komunitas
berkumpul dan berbagi wawasan, ide pandangan serta teknis operasional yang
dijalankan oleh masing-masing komunitas secara terbuka dan berbaur.
Berbagai kategori komunitas yang
fokus pada masing-masing bidang seperti Komunitas Blogger, parenting, buku hingga lingkungan semua saling memperkenalkan diri
dan berbagi inspirasi bahkan menjadi ajang berjejaring dan memperpanjang
silaturahmi dengan berkolaborasi.
Victor Chandrawira |
Facilitating Change as Community
Dari acara ini, ada ilmu keren dari Facilitator Bapak Victor Chandrawira yang
membahas bagaimana seharusnya manajemen komunitas itu berjalan. Dipaparkan oleh
Pak Victor, bahwa sebuah komunitas jika ingin survive diperlukan pengelolaan yang profesional melibatkan sumber
daya manusia yang tepat dan fokus.
Dalam mengedukasi komunitas mulai
dari pengurus hingga anggota, ada beberapa aspek fundamental seperti di bawah
ini:
7 Principles of Facilitation
Readiness, fasilitator
harus siap berproses terutama saat akan memfasilitasi.
Clarity, Fasilitator
harus jelas dalam melakukan kegiatannya
termasuk rencana fasilitasi, tujuan rapat dan output-nya.
Rule of 7, Semua elemen
yang diberikan/dilaksanakan perlu dipilah ke bagian-bagian yang lebih kecil.
Neutrality, Fasilitator
harus netral dalam memfasilitasi sebuah proses, baik rapat maupun pembelajaran.
Growth, Setiap proses
fasilitasi merupakan proses bertumbuh bagi semua.
Knowledgeability, Setiap
proses fasilitasi adalah sebuah proses berbagi pengetahuan.
Abundance Mentality, Setiap
proses fasilitasi merupakan proses berbagi yang merupakan ejawantah mentalitas
yang berlimpah.
4 Roles Facilitation
Full Engagement, Sebuah proses fasilitasi terlihat
dari terlibat penuhnya semua peserta rapat atau pembelajaran.
Adjustment, Fasilitator
harus selalu siap untuk melakukan penyesuaian di dalam ruang tergantung pada
peserta, kondisi ruangan, peralatan dan lingkungan.
Process Manager, Seorang fasilitator adalah seorang
manajer proses untuk mengatur mulai dari persiapan sampai output yang
dihasilkan dari rapat atau pembelajaran.
1-Page Concept, Kunci keberhasilan sebuah proses
fasilitasi adalah adanya sebuah gambaran alur berpikir rapat atau pembelajaran
di dalam 1 halaman peta saja.
Bukan hanya teori yang diberikan Pak
Victor namun ada praktiknya yaitu dengan diskusi kelompok untuk merumuskan
masalah organisasi mulai dari proses brainstorming,
manajemen hingga eksekusi ide. Diskusi dilakukan dengan bantuan property dan
semua anggota kelompok harus terlibat aktif memberikan ide. Saran dan berbagai
masukan.
Tentu saja acara ini sangat
bermanfaat untuk membangun komunitas yang lebih baik lagi dan profesional.
Terutama dalam mengelola sumber dayanya juga menjadikan anggota komunitas
berdaya.
Berikut foto-foto serunya!
Tidak ada komentar