Diskusi dengan konsep Cafe Visit |
13 September 2024 lalu, Indonesian Social Blogpreneur Community atau Komunitas ISB berkesempatan bergabung dengan puluhan komunitas di Hotel Arosa Jakarta untuk sama-sama berdiskusi dan membahas berbagai program kebijakan Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
FGD (Focus Group Discussion) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah melalui Direktorat Sekolah Menengah Atas ini mengusung beberapa topic yang berhubungan dengan program yang diusung tersebut seperti berikut ini:
Kurikulum Merdeka, yaitu proses pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan yang lebih fleksibel dan relevan serta kontekstual oleh karena itu setiap siswa akan memperoleh dorongan dalam kemampuan berpikir kritis dan memiliki daya problem solving tinggi.
Asesmen Nasional, sebagai alat pengukur kualitas sistem pendidikan melalui evaluasi untuk didapatkan gambaran terhadap kualitas pembelajaran dan kondisi lingkungan secara keseluruhan.
Pemulihan Pembelajaran, salah satu upaya Kemendikbud Ristek dalam mengejar ketinggalan siswa atas segala keterbatasan akses dan kualitas pendidikan selama masa pembelajaran dengan mengidentifikasi tingkat kehilangan dalam pengayaan proses belajar mengajar. Lalu fokus pada implementasi kurikulum merdeka yang memberikan fleksibilitas sebagai upaya pengembangan karakter dari proses pengembangan dasar dari literasi dan numerasi.
Terkait Literasi dan Numerasi dijabarkan secara mendalam bahwa dalam setiap mata pelajaran selalu mengandung aspek literasi dan numerasi jadi tidak menjadikan sebuah mata pelajaran dianggap tidak penting. Contohnya, pada umumnya orangtua akan mendorong anak-anaknya untuk jago Matematika sebagai standar anak pintar saat ini padahal bukan hanya mata pelajaran Matematika saja yang mengandung unsur Numerasi. Begitu pula untuk orang tua yang hanya fokus agar anaknya mampu menguasai berbagai bahasa asing, agar terbilang menjadi anak yang literasinya luas. Padahal dalam setiap mata pelajaran di luar bahasa asing pun ada unsur literasinya.
Sebagai contoh untuk mata pelajaran yang selama ini kurang dianggap penting atau tidak menjadi acuan standar kualitas kecerdasan adalah Mata Pelajaran “Tata Boga” misalnya. Pelajaran ini, jika mengacu kepada konsep Merdeka Belajar, sangat berpotensi dan memiliki peluang luas di masa depan anak yang memperdalamnya. Karena anak dapat membuat konsep by project dengan menghasilkan karya pada Food & Beverage misalnya. Bisa juga menjadi Foodpreneur andal. Sisi numerasinya tentu saja ada. Dalam Tata Boga pastinya ada berbagai takaran komposisi bahan, besaran nutrisi yang terkandung di dalamnya yang harus ada atau hitungan-hitungan laba rugi saat menjalankan usahanya.
Bagaimana dengan sisi literasinya? Dalam Tata Boga juga mengandung literasi kuat, misalnya siswa menjadi kenal dengan aneka makanan dari berbagai daerah nusantara dengan sejarahnya, bahan baku yan digunakan yang disesuaikan dengan geografis asal makanan tersebut hingga dapat mengenal budaya lokal dan internasional melalui kuliner yang dipelajari, ditemukan atau diujicobakan.
Gerakan Sekolah Sehat, Penerapan sekolah sehat ini mencakup pola hidup sehat dan bersih yang wajib diimplementasikan dalam setiap sekolah dengan sosialisasi soal gizi seimbang, membiasakan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan bersih, adanya fasilitas kesehatan memadai di setiap sekolah termasuk upaya penanganan kesehatan mental dan sekolah menyediakan konsultasi gratis sebagai upaya mendukung kesehatan mental dan pengembangan karakter.
Pendidikan Inklusi, menariknya, dalam FGD ini dibahas pendidikan inklusi lebih spesifik, tidak hanya menciptakan keberagaman pada siswa disabilitas saja namun mencakup juga para siswa yang terlihat normal namun memiliki kecenderungan untuk dibantu, misalnya anak yang slow learner, siswa dengan trauma masa lalu dan isu psikologis lainnya, latar belakang sosial ekonomi, suku, budaya dan lain-lain.
Transisi PAUD ke SD, Siswa dari PAUD ke SD dapat melalui transisi yang lebih nyaman jika siswa melalui proses pengenalan sekolah sebagai tempat barunya dengan mengenalkan lingkungan sekolahnya melalui proses belajar menyenangkan dan interaktif serta dihadapkan pada hal-hal ringan dan menyenangkan agar proses bonding tercipta.
Gloria memandu jalannya diskusi |
Konsep diskusi mengedepankan interaksi dan partisipasi aktif setiap peserta yang hadir oleh karena itu, konsep Café Visit sangat mengakomodir partisipasi aktif setiap peserta dalam memberikan masukan dan ide-ide untuk dikembangkan dan dikolaborasikan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam memperkuat strategi komunikasi dalam sosialisasi massif merdeka belajar ini.
Partisipasi komunitas dalam upaya menyampaikan semua program prioritas ini menjadi pendukung yang lebih efektif dalam pendekatan komunikasi ke khalayak ramai.
Tidak ada komentar